Data intelijen politik Jokowi adalah skandal politik: NasDem

Uncategorized46 Dilihat

Perusahaan Tempo.CO, JakartaAnggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai NasDem Taufik Basari berdalih, rumor politik menyebut Presiden Joko Widodo atau Jokowi punya informasi intelijen dan politik. Ia mengatakan hal ini dapat mengancam demokrasi.

Taufik Basari, yang akrab disapa Tobas, kepada Tempo, Senin, 18 September 2023, mengatakan, “Kita bicara negara demokrasi, biasanya hal seperti itu menjadi skandal politik di masyarakat.”

Ia berharap presiden mampu memenuhi amanat konstitusinya: menjaga demokrasi. “Dengan tidak menggunakan data intelijen untuk kepentingan politik,” ujarnya.

Tobas juga mengatakan, presiden adalah penguasa yang harus memahami batasan kekuasaan. Oleh karena itu, mari kita bayangkan karakter Presiden sebagai politisi yang tidak menghalangi dan mendukung kebebasan partai politik, tambahnya.

Ia pun berharap presiden tidak terlalu berhati-hati dengan kewenangan yang diberikan kepadanya.

Jokowi sesumbar punya cukup data intelijen di bidang politik

Berbicara pada Rapat Nasional Seknas Jokowi, kelompok relawan pendukung Jokowi, di Bogor, Sabtu, Jokowi mengaku memiliki informasi intelijen lengkap tentang partai politik, termasuk instruksi dan rencananya.

“Saya tahu apa yang ada di dalam partai politik. Saya juga memahami arah yang mereka rencanakan, ”ujarnya.

Hal itu ia sampaikan dengan harapan masyarakat tidak salah memilih pemimpin pada pemilu mendatang. Ia menegaskan, tiga pemilu presiden pada tahun 2024, 2029, dan 2034 akan menentukan apakah Indonesia akan menjadi negara maju. Ia juga mengatakan, datanya diambil dari intelijen TNI dan Polri, serta Badan Intelijen Negara (BIN).

“Saya mendapat cukup informasi dari intelijen; Semua data dan analisis ada di sana. Saya memiliki segalanya, dan ini [information] hanya presiden karena [they] Segera lapor ke saya,” kata Jokowi.

Baca Juga  Mendagri gaungkan jalan sehat anti mager di Sulawesi Selatan

Jokowi dilecehkan oleh kelompok masyarakat sipil dan partai politik

Sebuah kelompok hak-hak sipil untuk reformasi pertahanan mengkritik badan intelijen negara karena mempolitisasi tujuan pengawasannya. Kelompok yang terdiri dari Imparsial, PBHI, Amnesty International, YLBHI, Kontras, Centra Initiative, Elsam, Walhi, ICW, HRWG, LBH Masyarakat dan Setara Institute melihat hal tersebut sebagai ancaman terhadap demokrasi.

“Ini merupakan permasalahan besar dalam kehidupan demokrasi Indonesia. Itu tidak bisa diterima dan tidak bisa dibiarkan di negara demokratis,” kata Ketua Persatuan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI) Julius Hebrew dalam keterangannya, Sabtu, 16 September 2023.

Julius mengatakan, informasi yang dikumpulkan badan intelijen seharusnya berkaitan dengan keamanan nasional, bukan masyarakat politik, partai politik, dan masyarakat sipil.

AYO PERGI

Pilihan Editor: Jokowi: ‘Jangan Takut dengan Kecerdasan Buatan’

klik disini untuk mendapatkan update terkini dari Tempo dan Google News



Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *